Genre : drama
Sutradara : Hanung Bramantyo
Pemain : Revalina S Temat,Reza Rahadian,Agus Kuncoro,Endhita,Rio Dewanto,Henky Sulaeman
Tanggal rilis : 7 April 2011
Durasi : 90 menit
Film yang bertema kerukunan antar umat beragama ini berlokasi di kota Semarang pada awal tahun 2010.
Hampir sepertiga dari durasi film ini berisi perkenalan tentang karakter dan latar belakang tokoh utama dari film yaitu :
Menuk
Seorang wanita beragama Islam yang cantik dan taat beribadah. Menuk bekerja di sebuah restoran Cina bernama Canton Chinese Food yang dikelola seorang Tionghoa bernama Tan Kat Sun.
Soleh
Soleh
Pria beragama Islam yang merupakan suami Menuk. Dalam film ini digambarkan Soleh sangat frustasi karena menganggur dan tidak juga mendapat pekerjaan padahal ia sangat ingin menjadi pahlawan bagi istri dan keluarganya. Setelah berusaha kesana-kemari akhirnya Soleh mendapat pekerjaan juga yaitu sebagai anggota Banser NU.
Surya
Seorang Pria beragama Islam yang berprofesi sebagai bintang film tetapi bintang film gagal karena dalam karir artisnya selama 10 tahun, ia hanya menjadi tokoh figuran itupun berperan sebagai tokoh jahat.
Walaupun gagal dalam karirnya, Surya mendapat pacar yang tidak hanya cantik tapi juga baik dan penuh pengertian yaitu Rika.
Rika
Seorang janda beranak satu yang baru saja pindah agama menjadi Katolik setelah bercerai dengan suaminya, hal itu tentu saja menimbulkan cercaan dan hinaan dari tetangganya. Walaupun begitu, Rika tetap tidak menyimpan dendam sehingga ia tetap mengijinkan anak laki-laki satu-satunya yang bernama Abi untuk tetap beragama Islam. Selain berpacaran dengan Surya yang beragama Islam, Rika juga bersahabat baik dengan Menuk yang juga beragama Islam.
Tan Kat Sun
Seorang pria Tionghoa beragama Kong Hu Chu yang merprofesi sebagai pengusaha restoran Cina tempat Menuk bekerja.
Tan Kat Sun sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama sehingga ia selalu memberi waktu bagi para karyawannya yang sebagian besar beragama Islam itu untuk Sholat. Tidak hanya itu, Tan Kat Sun juga memisahkan menu makanan di restorannya yang mengandung daging babi dengan makanan lain. Alat-alat untuk memasak dan menyajikannya seperti penggorengan, pisau, sendok dan garpu juga dipisahkan.
Sayangnya Tan Kat Sun kurang bahagia karena anaknya yang bernama Ping Hen atau Hendra selalu membantah perintahnya dan tidak mau bertoleransi dengan agama lain.
Hendra
Anak laki-laki Tan Kat Sun yang juga beragama Kong Hu Chu. Sifat Hendra memang berbeda 180 derajat dengan ayahnya, Hendra memusuhi agama dan etnis lain bahkan ia berani berkelahi karenanya.
Sebenarnya sifat beringas Hendra itu hanyalah pelampiasan karena ia jatuh cinta kepada Menuk tetapi Menuk memilih untuk menikah dengan Soleh karena agamanya sama.
Semua tokoh-tokoh utama pada film itu disatukan ketika sebuah Gereja Katolik merayakan malam Jumat Agung (malam sebelum Paskah yang memperingati wafatnya Yesus Kristus).
Pada peringatan Jumat Agung, biasanya di gereja diadakan pertunjukan drama yang menceritakan sengsara Yesus ketika disalib. Surya yang sudah bosan hanya berperan sebagai pemain figuran tokoh jahat akhirnya menerima tawaran Rika untuk berperan sebagai Yesus.
Pada awalnya hal itu tentu saja menjadi dilema yang luar biasa bagi Surya, bagaimana mungkin ia yang Muslim itu berperan sebagai Yesus? Tetapi setelah mendapat ijin dari seorang Ustad, akhirnya Surya mantab dengan keputusannya.
Menuk dan Hendra ikut datang juga di gereja itu karena restorannya mendapat order untuk menyediakan konsumsi bagi para petugas drama sengsara Yesus.
Toleransi antar umat beragama benar-benar terjadi karena gereja yang menyelenggarakan peringatan Jumat Agung itu keamanannya dijaga oleh Banser NU yang Islam itu dan Soleh diikut sertakan.
Dua jam sebelum drama Sengsara Yesus dimainkan sempat terjadi konflik berdasar agama yaitu :
- Soleh sempat ragu mengapa mereka menjaga keamanan perayaan keagamaan dari agama lain tetapi keraguan Soleh itu hilang setelah salah satu temannya yang juga Banser NU berkata, “Agama kita telah tercoreng karena ulah teroris yang mengebom gereja-gereja itu maka tugas kita untuk membersihkan lagi nama agama kita, INILAH JIHAD”.
- Salah satu umat Katolik yang baru saja dibabtis berusaha menggagalkan drama Sengsara Yesus itu karena pemeran Yesus berasal dari agama lain tetapi masalah itu bisa selesai karena Sang Pastor pemimpin gereja berkata,“PERNAHKAN KEIMANAN BISA HANCUR KARENA SEBUAH DRAMA?”
Tetapi masalah timbul lagi karena Hendra bertemu dengan Soleh. Hendra yang menganggap Soleh merebut Menuk mencari gara-gara dengan mengeluarkan kata-kata hinaan, soleh terpancing emosinya dan terjadilah perkelahian. Untunglah perkelahian bisa selesai karena dipisah oleh para Banser NU dan jemaat gereja.
Hendra tetap belum kapok juga. Ketika tiba hari raya bagi umat Islam yaitu Idul Fitri, Tan Kat Sun sudah memutuskan untuk menutup restorannya dan meliburkan semua karyawannya untuk menghormati Umat Islam yang sedang merayakannya.
Tetapi tanpa sepegetahuan ayahnya, Hendra tetap membuka restoran dan memanggil semua karyawannya untuk bekerja.
Tan Kat Sun akhirnya tahu tidakan nekad Hendra dan berusaha mencegahnya tetapi gagal.
Tindakan Hendra yang tetap membuka restorannya yang juga menjual makanan dari babi di hari raya Idul Fitri itu tentu saja menimbulkan amarah Soleh yang juga dibakar rasa cemburu dengan Hendra karena pernah jatuh cinta pada Menuk.
Dengan dibantu teman-temannya, Soleh mengobrak-abrik restoran Tan Kat Sun. Bahkan karena tidak bisa mengendalikan emosinya, Soleh memukul Tan Kat Sun hingga tewas.
Karena peristiwa yang menewaskan ayahnya itu, Hendra akhirnya sadar dengan semua kesalahannya dan tidak lagi memusuhi para Muslim bahkan akhirnya Hendra berpindah agama menjadi Islam.
Tiba saatnya hari raya bagi pemeluk agama Kristen yaitu Natal dan Banser NU ditugaskan lagi untuk menjaga keamanan gereja-gereja yang merayakan Natal.
Terjadilah peristiwa yang mengharukan ini, Soleh yang juga bertugas sebagai Banser NU menemukan bom yang dipasang di sebuah gereja dan siap meledak. Demi menyelamatkan ratusan umat Katolik di gereja yang sedang merayakan Natal, Soleh mengambil bom itu kemudian membawanya keluar dari gereja.
Apa mau dikata, setelah Soleh sampai di tempat yang cukup jauh dari gereja, bom yang dibawanya meledak dan menewaskannya.
Cerita kepahlawanan Soleh ini memang kelihatan berlebihan atau lebay tapi kisah ini diangkat dari kisah nyata lo... sumbernya klik disini.
Ketika tiba perayaan tahun baru 2011, semua warga Semarang apapun etnis dan agamanya bersama-sama merayakan malam tahun baru di sebuah pasar.
Untuk mengenang jasa Soleh sang pahlawan yang berhasil menyatukan semua warga Semarang walaupun berbeda-beda etnis dan agama, pasar itu yang tadinya bernama Pasar Baru diubah namanya menjadi Pasar Soleh.
Opini saya tentang film ini:
Sang sutradara film ini yaitu Hanung Bramantyo memang terkenal berani membuat film dengan tema yang sensitive dan kontroversial.
Tapi mohon tidak ditanggapi dengan berlebihan apalagi emosi karena menurut saya yang penting adalah pesan moral film ini yaitu tentang kerukunan antar umat beragama yang sangat dibutuhkan untuk kemajuan Negara kita.
Bagaimanapun juga tidak mungkin kan Tuhan yang Maha Baik, Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu mengajarkan tentang kebencian, permusuhan bahkan kekerasan, ya kan? Hehehe..
Seperti yang dikatakan Menuk dalam film ini, “TUHAN MENGAJARKAN CINTA MELALUI AGAMA YANG BERBEDA-BEDA.”
Alur cerita yang tidak membosankan dan acting para pemainnya yang bagus juga membuat film ini semakin nyaman ditonton, membuat saya dan para penonton lainnya di bioskop sangat terkesan sehingga kami bertepuk tangan ketika film ini selesai.
sepertinya layak ditonton yah...mudah-mudahan nanti ada sutradara kristen yang bisa berbagi sudut pandangnya tentang toleransi juga..thanks for share!
ReplyDelete