Sutradara : Aryanto Yuniawan
Produser : M. Suyanto
Penulis : M. Suyanto, Aryanto Yuniawan (Berdasarkan Pertempuran 10
November)
Pengisi suara : Eileen Shannon, Dominic, Nuriko Okuyama, Jason
Williams, Tanaka Hidetoshi, Alejandro Esteban, Patrick, Marco, Vanhoebrouck
Patrick Bernard
Studio : STMIK
Amikom, MSV Pictures
Tanggal rilis : 20 Agustus 2015
Durasi : 93 menit
Film animasi yang berlatar belakang sejarah Perang 10 November 1945 ini
bercerita tentang seorang anak laki-laki berusia 13 tahun bernama Musa yang
membantu orang tuanya mencari nafkah dengan menjadi tukang semir sepatu di
Surabaya. Pada saat itu keadaan Indonesia sangat tidak aman karena masih dalam
suasana perang. Indonesia yang baru saja memproklamirkan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945 masih harus bertempur dengan tentara Inggris yang
mengatas namakan pasukan sekutu.
Penyebab tentara Indonesia masih harus
melawan tentara Inggris karena pasukan Inggris yang datang ke Surabaya tanggal 25
Oktober 1945 dengan tugas dari pasukan sekutu untuk melucuti tentara
Jepang dan menyelamatkan tentara sekutu yang menjadi tawanan Jepang, ternyata
diam-diam membawa misi rahasia yaitu mengembalikan Indonesia menjadi jajahan
Belanda.
Misi lain dari pasukan Inggris itu tentu saja menimbulkan
kemarahan rakyat Indonesia apalagi pasukan Inggris itu diboncengi oleh Belanda
yang tergabung dalam NICA (Netherlands
Indies Civil Administration) sehingga terjadilah bentrokan-bentrokan
bersenjata.
Gangguan keamanan lain untuk keamanan rakyat Surabaya adalah teror
dari gerombolan yang menamakan dirinya Kipas Hitam. Ketika Jepang masih
berkuasa di Indonesia, Kipas Hitam merupakan organisasi yang didirikan orang-orang
Jepang di Indonesia untuk membantu tentara Jepang melawan pasukan sekutu. Tapi
setelah Jepang kalah pada perang dunia kedua dan pimpinan Kipas Hitam
ditangkap, Kipas Hitam berbalik arah dengan memihak pasukan sekutu dan memusuhi
rakyat Indonesia.
Musa yang kedua orang tuanya tewas karena perang dan juga ayah
angkatnya seorang tentara Jepang bernama Kapten Yoshimura juga tewas ditembak
tentara Belanda, bertekad ikut berjuang membela negaranya. Cara Musa membela
negaranya adalah menjadi kurir surat-surat rahasia untuk para tentara dan
milisi pejuang Indonesia.
Perjuangan Musa dibantu 2 sahabatnya yaitu Yumna dan Danu. Yumna
adalah seorang gadis keturunan tionghoa yang kedua orangtuanya juga tewas
karena perang dan Yumna membela negaranya dengan menjadi perawat perang. Sedangkan
Danu adalah seorang tentara Indonesia yang bertugas melindungi Musa ketika Musa
menjalankan tugasnya sebagai kurir perang.
Pada awalnya Musa sangat percaya pada sahabatnya itu tapi Musa
sangat terkejut karena akhirnya tahu bahwa ternyata Yumna dan Danu adalah
anggota Kipas Hitam. Untungnya Yumna sudah sadar dengan kesalahannya sehingga
keluar dari Kipas hitam dan menjadi anggota Palang Merah Indonesia. Tapi Danu
masih setia dengan Kipas Hitam dan jadi pengkhianat bangsanya. Danu jugalah
yang memberitahu pasukan Inggris bahwa Musa sebenarnya adalah kurir rahasia
para pejuang Indonesia, akibatnya Musa diburu oleh tentara-tentara Inggris.
Musa akhirnya tertangkap oleh tentara Inggris dan dibawa ke markas
Kipas Hitam. Di bawah pimpinan Kapten John Wright, tentara-tentara Inggris
menyiksa Musa agar Musa memberitahu dimana ia menyimpan surat rahasianya tapi Musa
bisa tahan dengan siksaan itu dan tetap tutup mulut.
Untung saja Yumna bekas anggota Kipas Hitam sehingga mengetahui
celah untuk menerobos markasnya. Bersama beberapa pejuang, Yumna berhasil
menerobos markas hitam dan berhasil membebaskan Musa.
Sayang sekali, pada pembebasan Musa itu, Yumna gugur. Tapi dengan
gugurnya Yumna, Danu sadar dengan kesalahannya sehingga keluar dari Kipas Hitam
dan kembali pada tugasnya yaitu membantu Musa mengantar surat rahasia.
Bagaimana dengan bentrokan tentara Indonesia dan Inggris? Ternyata
pada bentrokan selama bulan Oktober 1945 itu, pasukan Inggris harus menanggung
malu karena pasukan Inggris dibawah pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby
(Panglima Inggris untuk Jawa Timur) bisa dipukul mundur bahkan hampir
dihancurkan oleh pasukan Indonesia kalau Inggris tidak minta bantuan Presiden
Sukarno untuk menghentikan perang.
Padahal pasukan Inggris yang tergabung dalam Brigade 49 itu
merupakan kebanggaan Inggris yang prestasi tempurnya hebat ketika menghadapi
tentara Jepang di Burma sehingga dijuluki The
Fighting Cock. Tapi The Fighting Cock
itu terpaksa mengibarkan bendera putih ketika bertempur di Surabaya melawan
tentara Indonesia, memalukan sekali.
Rupanya Inggris salah perkiraan tentang pasukan Indonesia karena
selama itu informasi tentang pasukan Indonesia hanya diperoleh dari tentara
Belanda yang merasakan bertempur melawan Indonesia sebelum pendudukan Jepang.
Padahal kemampuan militer Indonesia berkembang pesat karena selama 3 tahun
diduduki Jepang, para pemuda Indonesia mendapat pendidikan militer dari Jepang
melalui organisasi militer HEIHO dan PETA.
Inggris semakin malu karena Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby tewas
pada tanggal 30 Oktober 1945. Bayangkan, Inggris yang selalu bertepuk dada
karena selama 5 tahun bertempur melawan NAZI Jerman, tidak pernah kehilangan
satupun jendralnya tapi baru 5 hari di Indonesia sudah harus kehilangan 1
jendralnya.
Dengan tewasnya Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby maka penggantinya
yaitu Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan
bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan
meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan
mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10
November 1945.
Rakyat Indonesia khususnya Surabaya tentu saja menolak ultimatum
yang sangat menghina itu maka pada pagi hari tanggal 10 November 1945 jam
06.00, tentara Inggris melakukan serangan ke kota Surabaya secara dahsyat dan
membabi buta dari darat, laut dan udara.Tentara dan rakyat Indonesia di
Surabaya walaupun berbeda suku, ras dan agama bersatu-padu dan terus melakukan
perlawanan dengan gigih walaupun dengan senjata seadanya.
Adegan menarik yang ditampilkan dalam film ini adalah walaupun
belum mempunyai angkatan udara, tapi para pejuang Indonesia dengan senjata anti
pesawat hasil rampasan dari Jepang berhasil menembak jatuh 3 pesawat tempur
Inggris. Padahal salah satu dari pesawat yang rontok itu ditumpangi seorang
Jendral Inggris yaitu Brigjen Robert Loder Symonds.
Lagi-lagi Inggris harus menanggung malu karena kehilangan lagi
seorang jendralnya.
Perlawanan para pejuang Indonesia memang benar-benar mengagumkan sehingga
pihak Inggris yang memperkirakan bisa menang dalam waktu 3 hari tapi ternyata
pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sampai akhirnya
seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.
Bagaimana cerita Musa pada perang yang dahsyat itu? Walaupun terus
dikejar-kejar Kapten John Wright dan anak buahnya, Musa dengan dibantu Danu
berhasil menyerahkan surat rahasia ke tujuannya.
Film ini diakhiri puluhan tahun kemudian dimana Musa sudah berusia
lanjut dan kembali mengenang pengalamannya ketika ikut berjuang. Musa berpikir
bahwa gara-gara perang ia dan juga orang-orang lain telah kehilangan
orang-orang yang dicintai, maka Musa menyimpulkan betapa indahnya dunia tanpa
perang dan semua bisa hidup berdampingan dengan damai.
Opini Saya Tentang Film Ini :
Menurut saya film ini cukup menarik untuk ditonton, cuma sayangnya
gambar dan animasinya mirip sekali dengan film animasi Jepang sehingga saya
merasa menonton film Jepang yang di dubbing
Bahasa Indonesia seperti di TV. Walaupun begitu saya sangat mengapresiasi film ini
dan berharap menjadi pelopor kebangkitan film animasi Indonesia.
Saya yakin, jika berharap di film ini banyak adegan pertempuran/battle pasti akan kurang puas karena
adegan battle itu tidak banyak
porsinya pada film ini. Tapi menurut saya yang penting adalah pesan moral yang
tentu saja jauh lebih penting dari sekedar serunya adegan perang yaitu cinta
tanah air, kesetikawanan, kegigihan, keberanian dan perdamaian.
Seperti yang digambarkan di film ini apakah hasil dari perang?
Bagi Indonesia jelas terasa karena 15.000 tentara dan rakyat Indonesia tewas
serta Surabaya hancur lebur dan berhasil direbut Inggris.
Tapi apakah pasukan Inggris yang berhasil merebut Surabaya
merayakan kemenangannya? Ternyata tidak karena keberhasilan merebut Surabaya
itu tidak sebanding dengan kerugiannya yaitu 2000 tentaranya tewas termasuk 2
jendral terbaiknya, belum lagi peralatan tempur yang rusak.
Akibatnya setelah Surabaya berhasil diduduki, tentara Inggris memilih untuk tidak mengejar para pejuang Indonesia
yang sudah mundur dari Surabaya bahkan Inggris akhirnya meninggalkan Surabaya
karena merasa Indonesia tidak bisa dihadapi dengan perang dan membujuk Belanda
untuk melakukan diplomasi.
Begitulah perang, yang kalah maupun menang sama-sama mengalami
kerugian yang menyedihkan seperti yang tertera pada sub judul film ini : THERE
IS NO GLORY IN WAR