Pemain : Vera Farmiga,David Thewlis,Rupert Friend,Asa Butterfield,Jack Scanlon
Produksi :Miramax Films
Tanggal rilis : 30 Oktober 2008
Durasi : 94 menit
Film ini mengambil lokasi di Jerman pada masa Perang Dunia ke-2. Pada waktu itu sebagian besar orang Jerman sangat benci kepada orang-orang Yahudi karena menganggap orang-orang Yahudi yang dengan kecerdasannya berhasil menguasai perekonomian Jerman adalah biang keladi kekalahan Jerman pada Perang Dunia ke-1.
Pada masa perang dunia ke-2 itu, militer Jerman menangkapi orang-orang Yahudi kemudian diharuskan menjalani kerja paksa di sebuah tempat yang diberi nama kamp konsentrasi. Pada kamp itu, orang-orang Yahudi diperlakukan sangat buruk dan dianggap bukan manusia, diperkirakan 6 juta orang Yahudi tewas di kamp konsentrasi.
Sebagai tokoh utama film ini adalah seorang anak berusia 8 tahun bernama Bruno. Ibu Bruno bernama Elsa dan ayah Bruno yang bernama Ralf adalah seorang perwira pasukan SS Nazi berpangkat Obersturmbannfuhrer (panjang dan sulit dieja ya… jika di militer Indonesia setingkat Letnan Kolonel). Selain itu, Bruno mempunyai kakak perempuan berusia 12 tahun bernama Gretel.
Suatu ketika Keluarga Bruno harus pindah rumah karena Ayah Bruno dipromosikan menjadi kepala sebuah kamp konsentrasi. Di rumah barunya yang merupakan rumah dinas ayahnya, Bruno hanya tinggal dengan keluarga dan 2 orang pembantu yaitu Maria dan seorang Yahudi bekas dokter bernama Pavel.
Di rumahnya yang baru, Bruno merasa ada keanehan karena melihat orang-orang yang bekerja di sekelilingnya semua memakai pakaian berupa piyama bergaris-garis (Striped Pyjamas). Bruno tidak tahu bahwa seragam piyama bergaris itu adalah seragam tawanan kamp konsentrasi karena Ayah Bruno memang tidak mengatakan mereka tinggal di sebuah kamp konsentrasi tetapi di sebuah pertanian.
Di rumahnya yang baru, Bruno juga merasa sangat kesepian karena tempatnya sangat terpencil sehingga tidak mempunyai tetangga. Selain itu Bruno dan kakaknya tidak diijinkan keluar rumah, bahkan untuk bersekolah. Untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan, didatangkan seorang guru bernama Herr Liszt.
Suatu ketika karena sangat kesepian, Bruno nekad melanggar larangan orang tuanya yaitu pergi jauh dari rumahnya dan sampailah Bruno di kamp konsentrasi.
Di kamp konsentrasi yang dipagari kawat beraliran listrik itu, Bruno bertemu seorang anak Yahudi tawanan kamp konsentrasi bernama Shmuel. Karena berusia sama yaitu 8 tahun, Bruno dan Shmuel cepat menjadi akrab biarpun dihalangi oleh kawat berlistrik. Bruno kemudian sering datang ke kamp konsentrasi dengan membawa makanan untuk diberikan kepada Shmuel setelah itu mereka bermain bersama.
Suatu ketika, Shmuel mengeluh kepada Bruno bahwa ayahnya yang juga tawanan kamp konsentrasi hilang. Bruno bertekad membantu Shmuel dengan cara menggali lubang dan masuk ke kamp konsentrasi kemudian agar tidak ketahuan, Shmuel juga sudah menyediakan seragam piyama bergaris untuk dipakai Bruno.
Mengapa Bruno bisa sedemikian nekad menyusup ke kamp konsentrasi? Ada 2 alasan yaitu :
- Alasan pertama, Bruno pernah merasa sangat bersalah kepada Shmuel karena ketika Shmuel diberi tugas membersihkan gelas-gelas di rumah Bruno, Bruno melanggar peraturan yaitu memberinya roti. Peristiwa itu diketahui seorang tentara Jerman, karena takut kepada bentakan tentara Jerman itu, Bruno tidak mengakui telah memberi Shmuel roti akibatnya Shmuel dihukum dengan cara dipukuli sampai babak belur.
- Alasan kedua, Bruno pernah mengintip ayahnya ketika sedang memutar film propaganda tentang kamp konsentrasi. Namanya juga film propaganda, pasti tidak sesuai kenyataan. Pada film itu digambarkan bahwa di kamp konsentrasi, para orang Yahudi diperlakukan dengan baik yaitu diberi makanan yang layak dan hiburan-hiburan. Jadi Shmuel mengira suasana di kamp konsentrasi benar-benar seperti di film propaganda itu dan tidak tahu bahwa kamp konsentrasi sebenarnya adalah tempat yang sangat berbahaya.
Bruno berhasil masuk ke kamp konsentrasi dan bertemu dengan Shmuel tetapi celakanya pada waktu itu diputuskan bahwa semua orang Yahudi di kamp konsentrasi itu akan dihukum mati dengan cara diberi gas beracun.
Di kamp konsentrasi itu tidak ada yang tahu bahwa Bruno adalah anak dari pimpinan kamp maka Bruno dan orang-orang Yahudi lainnya dimasukkan ke dalam kamar gas untuk dieksekusi.
Keluarga Bruno akhirnya memang berhasil mengetahui bahwa Bruno menyusup ke kamp konsentrasi. Ayah Bruno dan para anak buahnya sudah masuk ke kamp konsentrasi untuk mencari Bruno.
Tetapi semuanya sudah terlambat, gas beracun sudah dialirkan dan Bruno tewas bersama sahabat satu-satunya, Shmuel.
Opini saya tentang film ini :
Cerita tentang kamp konsentrasi untuk orang Yahudi memang menarik banyak orang perfilman untuk memfilmkannya. Bahkan sutradara yang sudah banyak menghasilkan film box office dunia yaitu Steven Spielberg pernah membuat film dengan tema kamp konsentrasi, judulnya Schindler’s List.
Cerita film Schindler’s List mirip dengan cerita film The Boy in The Striped Pyjamas ini yaitu tentang seorang Jerman yang bersimpati pada orang Yahudi tawanan kamp konsentrasi tetapi bedanya pada film Schindler’s List tokoh utamanya bukan anak-anak melainkan orang dewasa bernama Oskar Schindler.
Selain itu film Schindler’s List diangkat dari kisah nyata, bahkan sampai sekarang orang-orang Yahudi yang pernah ditolong Oskar Schindler dan keturunannya menyebut dirinya Yahudi Schindler.
Menurut saya, film The Boy in The Striped Pyjamas ini cukup mengharukan dan menyentuh perasaan. Adegan-adegan ditunjang dengan musiknya bisa memainkan perasaan penonton. Apalagi acting dari pemain-pemainnya sangat bagus, saya saja sampai hampir menangis menontonnya.
No comments:
Post a Comment