Sutradara
: Joko Anwar
Pemeran
: Abimana Aryasatya,Tara Basro,Bront Palarae,Ario Bayu,Rio Dewanto,Marissa
Anita
Musik :
Aghi Narotama,Bemby Gusti,Tony Merle
Tanggal
rilis : 29 Agustus 2019
Film
yang diangkat dari komik, lebih tepatnya diilhami karena ceritanya berbeda
dengan di komik ini mengisahkan tentang Sancaka, seorang yatim piatu yang
dianugerahi kekuatan super yaitu bisa mengendalikan petir.
Dikisahkan
Sancaka kecil sudah harus menjalani hidup keras di jalanan karena ayahnya meninggal
dunia dan ibunya menghilang entah kemana. Sampai terjadi hal yang mengubah
jalan hidup Sancaka yaitu ketika dikeroyok oleh gerombolan preman anak-anak.
Sancaka
hampir tewas jika tidak ditolong oleh anak jalanan lain yang jago beladiri
bernama Awang. Sejak itu Sancaka hidup bersama Awang dan belajar beladiri
darinya. Sancaka punya bakat beladiri sehingga bisa menguasai semua ilmu
beladiri yang diajarkan Awang.
Sebenarnya
selain punya ilmu beladiri yang mumpuni, Sancaka punya kelebihan yang tidak dimiliki
manusia biasa yaitu bisa mengendalikan petir tapi sayang Sancaka belum bisa
mengendalikan kekuatannya itu.
Sancaka
harus berpisah dari Awang karena Awang berniat pergi ke tempat lain dengan
menumpang kereta api secara diam-diam. Sancaka masih terlalu muda sehingga
belum mampu meloncat ke kereta api yang sedang berjalan seperti Awang.
Setelah
Sancaka dewasa, ilmu beladiri yang dimilikinya bisa mengantarnya memperoleh
pekerjaan yaitu menjadi petugas keamanan (security)
sebuah percetakan. Tapi walaupun sudah dewasa Sancaka tetap belum bisa
mengendalikan kekuatan petirnya bahkan ia tidak tahu darimana kekuatan itu
berasal.
Pada
waktu itu situasi di Indonesia sedang kacau balau karena Indonesia dikuasai
seorang mafia bernama Pengkor. Dengan kekayaannya yang luar biasa, Pengkor bisa
menguasai pemerintah Indonesia bahkan badan Legislatif (DPR/Dewan Perwakilan
Rakyat) bisa dikuasainya sehingga Pengkor bisa leluasa mengendalikan organisasi
kriminalnya.
Mengapa
Pengkor walaupun kaya raya bisa sejahat itu? Pada film ini diceritakan bahwa
dulu Pengkor semasa kecil adalah anak dari pemilik perkebunan terbesar di Jawa.
Tapi ayah Pengkor kikir dan kejam sehingga semua buruhnya merasa dendam. Sampai
suatu ketika para buruh ayah Pengkor berhasil membunuh ayah Pengkor dan
membakar rumahnya.
Pengkor
walaupun sempat terjebak di rumahnya sendiri tetap bisa meloloskan diri
walaupun menjadi cacat karena sebagian tubuhnya terbakar, jalannya menjadi pincang
dengan tangan kanan yang selalu tertekuk. Dalam bahasa Jawa, cacat seperti itu
disebut pengkor.
Oleh
pamannya, Pengkor kecil dimasukkan ke sebuah panti asuhan tapi hal itu adalah
rencana jahat paman Pengkor karena panti asuhan itu selalu memperlakukan
anak-anak asuhnya dengan kejam sehingga banyak yang tewas. Paman Pengkor
berharap Pengkor mati dan ia bisa menguasai harta warisan ayah Pengkor yang
sangat besar itu.
Tapi di
panti asuhan yang kejam itu, Pengkor bisa mengajak anak-anak panti asuhan itu
untuk melakukan pemberontakan dan pemberontakan itu berhasil. Pengkor tidak
hanya bebas tapi juga bisa mendapatkan kembali harta warisan ayahnya. Dengan
harta warisan ayahnya yang sangat banyak itu, Pengkor bisa tumbuh dewasa dan
menjadi lebih kaya dari ayahnya tapi sangat jahat dan kejam karena dendam
dengan masa kecilnya yang sangat keras itu.
Seperti
yang dikatakan Pengkor dalam film ini, “tidak ada manusia yang dilahirkan
sebagai orang jahat ataupun orang baik. Mereka, orang baik ataupun jahat dibentuk
oleh orang-orang di sekeliling mereka”.
Sancaka
terlibat dengan gerombolan Pengkor karena menolong tetangganya seorang gadis
bernama Wulan yang dikeroyok gerombolan preman. Wulan dikeroyok karena
melakukan gerakan untuk membebaskan sebuah pasar yang selalu diperas oleh
gerombolan preman itu.
Menyedihkan
sekali karena pasar yang dibela Wulan akhirnya hancur karena dibakar oleh
anak buah Pengkor. Sancaka berhasil menangkap anak buah Pengkor pembakar pasar
itu. Tapi walaupun sempat berduel seru dengan pembakar pasar itu, Sancaka tidak
sempat menyerahkannya ke polisi karena pembakar pasar yang pemain biola itu
tewas tertabrak bus.
Sancaka
dengan ilmu beladirinya berhasil mengalahkan para preman anak buah Pengkor,
apalagi walaupun belum bisa mengendalikan kekuatan petirnya, kekuatan itu bisa
mendadak muncul dalam keadaan terdesak. Sadar dengan kekuatan petirnya, Sancaka
membuat kostum khusus lengkap dengan topeng agar kekuatan petirnya tidak
membahayakan orang lain.
Munculnya
Sancaka sebagai pahlawan bertopeng yang bisa mengeluarkan petir cukup membuat
gerombolan preman Pengkor kocar-kacir, apalagi rakyat mulai berani melawan
anak-anak buah Pengkor karena merasa punya pahlawan berkekuatan petir. Keadaan
mulai tentram kembali.
Merasa
menghadapi lawan yang tangguh yaitu pahlawan bertopeng berkekuatan petir, Pengkor
memanggil belasan anak buahnya yang punya kekuatan melebihi manusia biasa
(super) untuk kembali mengacau balaukan keadaan.
Gerombolan
preman berkekuatan super Pengkor kembali mengacau balaukan keadaan yang mulai
tentram itu. Bisa dipastikan Sancaka tidak akan mampu menghadapi gerombolan
super Pengkor itu karena belum bisa mengendalikan kekuatan petirnya dan lebih
mengandalkan ilmu beladirinya.
Apalagi
Pengkor bertindak lebih kejam yaitu mengeluarkan serum yang jika disuntikkan ke
wanita hamil maka anaknya akan terlahir cacat dan Pengkor bisa melakukan tipu
muslihat sehingga semua wanita hamil di Indonesia ingin disuntik serum itu.
Keadaan
Indonesia sangat gawat karena ulah Pengkor tapi untungnya, walaupun badan legislatif
bisa dikuasai Pengkor, ada anggota legislatif yang gigih melawan Pengkor yaitu
Ridwan Bahri dan Ferry maka Pengkor menyuruh gerombolan supernya untuk
menyingkirkan Ridwan Bahri dan Ferry.
Gerombolan
super Pengkor berhasil membunuh Ferry,
untungnya Ridwan Bahri bisa selamat karena ditolong Sancaka,
Sancaka
dan Ridwan Bahri dibantu Wulan dan teman-teman Sancaka lainnya berhasil
mengalahkan Pengkor dan gerombolan supernya sehingga bisa menyelamatkan Indonesia
dari generasi berikutnya yang terancam terlahir cacat karena serum Pengkor.
Bagaimanakah
serunya Sancaka yang mulai bisa mengendalikan kekuatan petirnya mengalahkan
Pengkor dan gerombolan supernya? Saya persilahkan menonton film ini. Pokoknya
seru sekali, apalagi muncul superhero wanita mirip Wonder Woman yang membantu
Sancaka yaitu Sri Asih.
Yang
menurut saya menarik adalah di akhir film diceritakan bahwa jika sebelumnya
kostum Sancaka masih sederhana dan seadanya saja maka Ridwan Bahri dengan
kemampuannya sebagai anggota legislatif membuatkan kostum yang lebih gagah dan
keren. Bagaimanakah kerennya kostum itu? Nonton filmnya ya...
Dan
yang lebih penting lagi, sampai menjelang film selesai masih belum jelas
darimana kekuatan petir Sancaka itu berasal bahkan Sancaka juga belum tahu
bahwa julukan dirinya adalah Gundala. Di akhir film ini mulai dijelaskan yaitu
ketika salah satu anak buah Pengkor yaitu Ghazul berhasil membangkitkan tokoh
sakti jaman dahulu kala tapi jahat yaitu Ki Wilawuk.
Ghazul
berkata pada Ki Wilawuk yang hidup lagi itu bahwa telah muncul tokoh
berkekuatan petir yang bisa mengganggu organisasi kejahatan mereka yaitu
Gundala tapi Gundala itu yaitu Sancaka belum sadar bahwa ia adalah Gundala.
Tampaknya
kekuatan petir Sancaka berhubungan dengan kejadian pada jaman dahulu kala tapi
belum dijelaskan di film ini dan akan dijelaskan di sekuelnya. Mari
bersama-sama kita tunggu sekuel film ini.
Opini
Saya Tentang Film Ini :
Karena
kesibukan, cukup lama blog ini tidak saya update, mohon maaf bagi yang komen
tapi tidak sempat saya balas.
Menurut
saya film ini sudah cukup seru, hampir menyamai film superhero produksi Marvel
dan DC. Tapi ada satu titik lemahnya yaitu alur ceritanya rumit, saya yakin
film yang dikategorikan untuk golongan usia 13 tahun ke atas ini sulit dipahami
bagi anak umur belasan. Saya berharap sinopsis ini bisa membantu yang kesulitan
memahami alur ceritanya dan saya lebih berharap sekuel film ini bisa memperbaikinya.
Ditinjau
dari adegan actionnya, film ini cukup seru sehingga saya dan para penonton
lainnya bertepuk tangan setelah film ini selesai. Perkiraan saya, film ini bisa
jadi Box Office.
Ditinjau
dari sejarahnya, film ini diangkat dari komik karya Stan Lee nya Indonesia
yaitu Harya Suraminata atau nama komiknya adalah Hasmi yang terbit pertama kali
tahun 1969. Terus terang jaman saya kecil, saya sangat menggemari komik Gundala
ini (duh... jadi kelihatan umurnya nih... hehehe...).
Pak Hasmi, Stan Lee nya Indonesia, pencipta komik Gundala (sumber) |
Waktu
saya SD dan SMP, saya rela menyisihkan uang saku saya yang tidak seberapa itu
untuk beli komik Gundala. Sebenarnya saya bisa menyewa di persewaan komik
dengan harga jauh lebih murah sekitar sepersepuluhnya, tapi saya adalah
penggemar fanatik yang tidak puas jika tidak membelinya.
Salah satu komik Gundala yang pertama kali terbit |
Sebelumnya
saya yakin bahwa promosi film ini pasti salah satunya akan diadakan di kota
saya yaitu Yogyakarta karena pencipta komiknya yaitu Pak Hasmi tinggal di
Yogyakarta. Perkiraan saya tepat karena pada tanggal 10 Agustus 2019 diadakan
promosi film Gundala di Jogja City Mall Yogyakarta. Saya sebagai penggemar
fanatik tentu saja tidak menyia-nyiakan dan menghadirinya.
Saya
cukup bersyukur karena bisa berfoto dengan sutradara Film Gundala yaitu Joko
Anwar dan artis pemerannya yaitu Abimana Aryasatya (pemeran Sancaka dewasa), Muzakki
Ramdhan (pemeran Sancaka kecil) dan Tara Basro (pemeran Wulan). Berikut ini
saya tampilkan fotonya:
Tapi
ada obsesi saya tentang film ini yang tidak akan pernah terwujud yaitu di
promosi filmnya saya ingin berfoto dengan pencipta komik Gundala yaitu Pak
Hasmi lalu akan saya upload di blog ini dan semua media sosial saya. Hal itu
tak akan bisa terwujud karena Pak Hasmi sudah pergi mendahului kita menghadap
Sang Pencipta tanggal 06 November 2016.
Yang
membuat saya nelongso (sedih dalam
bahasa Jawa) adalah di promosi film ini tidak diadakan mengheningkan cipta
sejenak untuk Pak Hasmi, saya berdoa sendiri saja untuk beliau.