Tuesday, February 10, 2015

NADA UNTUK ASA



Genre : Drama
Sutradara : Charles Gozali
Pemeran : Marsha Timothy,Acha Septriasa,Darius Sinathrya,Mathias Muchus,Wulan Guritno,Nadilla Ernesta,Inong Nidya Ayu,Irgy Ahmad Fahrezy,Donny Damara,Butet Kartaredjasa,Tri Yudiman,Pongki Barata,Bayu Oktora,Bisma Karisma,Aurelia Devi,Sakurta Ginting
Tanggal rilis : 5 Februari 2015
Durasi : 98 Menit

Film yang terinspirasi dari kisah nyata ini bercerita tentang seorang wanita bernama Nada yang baru saja menjadi janda setelah suaminya meninggal . Pada awalnya Nada yang sudah mempunyai 3 anak itu percaya saja dengan keterangan dokter yang merawat suaminya bahwa suaminya yang bernama Bobby itu meninggal karena terkena kanker getah bening. Tapi semuanya berubah menjadi tragedi setelah adik iparnya yang bernama Gita mengajaknya ke dokter lain. Dokter lain yang juga pernah merawat suami Nada itu berkata bahwa suami Nada meninggal karena AIDS.
Memang Bobby juga menderita kanker getah bening tapi karena AIDS, kanker getah bening itu menjadi semakin ganas dan akhirnya merenggut nyawa Bobby. Ternyata Bobby terkena AIDS karena 4 tahun lalu pernah selingkuh dengan teman wanitanya yang positif HIV yaitu Wanda.

Nada tentu saja sangat shock karena AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah  salah satu penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS sangat ditakuti karena merusak sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit. Jika seseorang terjangkit AIDS maka tubuhnya tidak mampu lagi melawan penyakit sehingga penyakit sepele yang tidak berbahaya bagi orang normal seperti flu atau diare sekalipun, bisa mematikan.
Lebih mengerikan lagi, AIDS belum ditemukan obatnya. Memang sudah ada obatnya tapi obat itu tidak bisa menyembuhkan dan hanya melambatkan pertumbuhan virus HIV sehingga penderita AIDS harus mengkonsumsinya seumur hidup. Selain itu, namanya obat kimia pasti ada efek sampingnya.

Nada semakin shock karena setelah diperiksa ternyata ia sudah tertular HIV dari suaminya, tapi tragedi itu belum berakhir karena ternyata anak perempuan bungsunya yang baru berusia 5 tahun  bernama Asa juga positif HIV. Asa tertular dari air susu Nada.

Kehidupan Nada semakin hancur karena teman-teman dan saudara-saudaranya bahkan ayah dan kakak perempuanya menjauhinya karena takut tertular HIV, apalagi karena sudah sangat putus asa Nada tidak mau minum obat sehingga penyakitnya semakin parah dan menakutkan. Hanya satu orang yang masih sanggup mendampingi Nada yaitu Gita, adik Bobby.

Nada sudah pasrah untuk mati tapi semangat “berani hidup” Nada bangkit karena ternyata tidak hanya Gita yang masih mau menerimanya tapi juga orangtua Bobby. Dan ada peristiwa yang semakin mengobarkan semangat berani hidup Nada yaitu ketika Nada bertemu dengan Wanda (selingkuhan Bobby) ketika sedang ziarah ke makam Bobby.


Bisa dibayangkan bagaimana kemarahan seorang wanita bertemu dengan selingkuhan suaminya apalagi sampai menularkan HIV. Nada dan Wanda sempat bertengkar dengan hebat bahkan hampir berkelahi tapi bisa dicegah anak-anak Nada. Pada saat itu muncul sisi mulia Nada karena sebelum berpisah dengan Wanda, Nada mengucapkan kalimat yang sangat mengharukan yaitu ia sudah memaafkan Wanda.
Sejak saat itu hiduplah semangat hidup Nada sehingga Nada bertekad terus mendampingi anak-anaknya sampai dewasa. Nada mau minum obat sehingga kondisi badannya berangsur-angsur membaik. Walaupun HIV masih bercokol di tubuh Nada tapi pertumbuhannya bisa dikendalikan dengan obat sehingga tidak sampai menjadi AIDS, dan Nada bisa hidup normal.

Walaupun hidup dengan HIV, Nada terus membesarkan anak-anaknya sampai mereka tumbuh dewasa termasuk anak bungsunya yang juga terjangkit HIV yaitu Asa.
Asa bisa tumbuh dengan sehat sampai dewasa karena tertib minum obat sehingga HIV tidak sampai menjadi AIDS.

Nasib Asa memang tak kalah menyedihkan dibanding Nada karena setelah diketahui terjangkit HIV, Asa dipecat dari perusahan tempatnya bekerja. Untung mental Asa lebih kuat dari ibunya sehingga ia tidak patah semangat. Dengan pesangon dari perusahaan, Asa membangun bisnis kue secara online.

Walaupun bisnis kue Asa tidak sepenuhnya lancar karena ada beberapa pembeli yang membatalkan pesanan setelah tahu pembuat dan penjual kuenya terjangkit HIV, Asa terus bersemangat karena bertemu dengan pria yang bisa mencintainya dengan sepenuh hati yaitu Wisnu.


Walaupun Wisnu bekerja sebagai pendamping penderita AIDS di Rumah Sakit Santo Carolus, tapi masih bisakah Wisnu menerima Asa setelah tahu bahwa Asa hidup dengan HIV? Orang-orang (termasuk saya hehehe..) pasti bisa menebak bahwa film berakhir dengan happy ending dengan Wisnu tetap bisa menerima Asa. Tapi saya tidak menyangka bahwa adegan happy ending itu benar-benar mengharukan sehingga tidak hanya  membuat air mata menetes tapi juga membuat saya lupa bahwa film berdurasi 98 menit ini telah selesai, dan saya baru sadar setelah lampu-lampu bioskop dinyalakan.

Opini saya tentang film ini:
Novel Nada untuk Asa
Film ini terinspirasi dari kisah nyata yaitu dari pengalaman ibu Yurike Ferdinandus yang tertular HIV dari almarhum suaminya. Kisah Ibu Yurike Ferdinandus atau biasa dipanggil Yuke sempat diangkat di televisi di acara Mata Najwa pada episode berjudul Hidup dalam Stigma yang ditayangkan pada tanggal 16 Oktober 2013.

Kisah Ibu Yuke juga diangkat menjadi Novel berjudul Nada untuk Asa yang ditulis oleh Ita Sembiring. Novel itu menjadi best seller dan drama musikalnya dipentaskan tanggal 20 -21 September 2014 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzukl dengan disutradarai oleh Rm. Steve Winarno, Pr.

Pementasan drama musikal Nada dan Asa (diambil dari https://www.facebook.com/komunitasteaterri)


Opini saya tentang film ini adalah, setelah Hachiko ada lagi film yang membuat saya sangat terharu. Selain itu film ini juga inspiratif karena menampilkan jawaban dari pertanyaan orang-orang yang sedang menderita seperti “jika Tuhan tidak mencobai umatNya melebihi kemampuannya mengapa sampai ada orang yang tidak tahan sehingga sampai kena sakit jiwa?” atau yang lebih sering ditanyakan lagi, “Mengapa saya yang kena penderitaan ini, bukan orang lain? Jawaban dari pertanyaan yang biasanya ditanyakan orang-orang galau itu ada pada dialog di film ini.

Dan yang lebih penting adalah pesan moral dari film ini yaitu walaupun kita harus waspada dengan HIV/AIDS tapi jangan sampai mengucilkan penderita HIV/AIDS karena HIV/AIDS tidak menular melalui hubungan sosial biasa seperti berjabat tangan, berpelukan, makan bersama atau berenang bersama.
Memang, kejahatan paling kejam yang bisa diterima oleh manusia adalah diasingkan (Mother Theresa).

Yang membuat saya lebih senang setelah membeli tiket film ini adalah keuntungan dari film ini akan didonasikan untuk pengembangan Ruang Carlo, sebuah unit khusus untuk perawatan HIV di RS Carolus, Jakarta. Jadi saya tidak hanya menonton film yang berbobot tapi juga terinspirasi dan beramal. Anda ingin seperti demikian?
anim-button
Untuk film animasi saya bahas di blog tersendiri, Silahkan klik button ini :
Custom Search